Demam tifoid, juga dikenal sebagai tipes adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini dapat memengaruhi banyak organ dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera diobati.
Pengertian
Demam tifoid atau tipes adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi berbagai organ. Tanpa pengobatan yang cepat, penyakit ini dapat menjadi fatal.
Penyebab
Penyakit tipes disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B, atau C. Biasanya, periode inkubasi penyakit ini berlangsung sekitar 3-60 hari. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan kotoran yang mengandung bakteri tersebut, seperti saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh lalat yang membawa bakteri tersebut.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena demam tifoid adalah:
- Tinggal di negara dengan sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke air bersih.
- Bekerja di atau melakukan perjalanan ke daerah yang sering terjadi demam tifoid.
- Usia anak-anak yang rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
- Kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau baru saja terinfeksi demam tifoid.
- Mengonsumsi air atau makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung Salmonella typhi.
Gejala
Gejala demam tifoid atau tipes bervariasi, namun beberapa tanda yang perlu diwaspadai adalah:
- Demam yang berlangsung lebih dari seminggu dan tidak merespon terhadap obat penurun panas. Demam dapat meningkat secara bertahap setiap harinya dan berlangsung hingga 3 minggu jika tidak diobati.
- Kelelahan yang berlebihan.
- Sakit kepala.
- Nyeri pada persendian dan otot.
- Perut terasa kembung atau nyeri.
- Diare atau sulit buang air besar.
- Mual dan muntah.
- Batuk.
- Penurunan berat badan atau nafsu makan.
- Gelisah.
Diagnosis
Demam tifoid atau tipes dapat didiagnosis melalui serangkaian tahap berikut:
- Wawancara medis: Dokter akan menanyakan riwayat gejala dan faktor risiko yang dialami pasien.
- Pemeriksaan fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda seperti lidah kotor, pembesaran organ dalam tubuh, dan ruam di kulit. Suhu tubuh dan tanda vital lainnya juga akan diperiksa.
- Uji Widal: Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya aglutinin serum pada darah pasien yang menunjukkan infeksi demam tifoid.
- Uji antibodi Salmonella typhi: Uji ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap bakteri Salmonella typhi dalam darah pasien.
- Pemeriksaan kultur darah dan PCR: Pemeriksaan ini merupakan metode yang lebih definitif untuk mengidentifikasi bakteri penyebab demam tifoid. Namun, biasanya hanya dilakukan dalam kasus yang lebih kompleks atau sulit didiagnosis.
Pengobatan
Jika seseorang diduga terkena demam tifoid, disarankan untuk segera mencari pengobatan dari dokter. Pasien tipes dapat ditangani oleh dokter umum, sementara pasien anak-anak dapat ditangani oleh dokter spesialis anak.
Pengobatan demam tifoid atau tipes umumnya meliputi:
- Istirahat yang cukup.
- Asupan nutrisi yang sesuai, termasuk melalui cairan infus jika sulit makan karena mual dan muntah.
- Pemberian antibiotik sesuai anjuran dokter, yang dipilih berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan sensitivitas individu terhadap antibiotik tersebut.
- Obat penurun demam.
- Obat untuk mengatasi gejala lain seperti mual, muntah, nyeri perut, dan gangguan pencernaan.
Pencegahan
Pencegahan merupakan langkah terbaik untuk menghindari demam tifoid atau tipes. Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Menghindari daerah dengan tingkat infeksi tipes yang tinggi.
- Menjaga kebersihan sanitasi di lingkungan sekitar.
- Menghindari konsumsi makanan yang tidak higienis.
- Menghindari makanan mentah.
- Selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
- Mendapatkan vaksinasi yang disarankan.
Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, demam tifoid dapat menyebabkan komplikasi serius pada sistem pencernaan, hati, jantung, dan sistem saraf. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah pendarahan internal dalam sistem pencernaan dan perforasi usus yang dapat menyebabkan infeksi menyebar ke jaringan di sekitarnya. Komplikasi lainnya termasuk hepatitis, kolesistitis, miokarditis, syok, ensefalopati, pneumonia, dan anemia.